Pages

Tuesday 22 June 2010

The black umbrella




Sepasang kaki berlari di tengah derasnya hujan bulan Desember. Suara petir yang saling bersahutan tak memperlambat laju larinya. Gelapnya gang kecil itu tak menggetarkan nyalinya. Kemanakah kaki-kaki itu membawanya?

Kesana. Ke seseorang yang sedang berdiri menunggunya di bawah payung hitam. Di ujung gang, disinari temaram lampu jalanan, orang itu menoleh dan berbalik. Dia menatap muram seorang pmuda basah kuyup yang baru saja berhenti di depannya. Mereka saling bertatapan. Hening. Hujan deras berubah menjadi gerimis. Seakan tak mau mengganggu seorang pemuda dan seorang gadis yang berdiri tak bersua di bawah payung hitam.

Sadar akan kebisuan yang mungkin tak berujung, sang gadis memulai lebih dulu memecah kesunyian.

"Cepat sekali."

"Jangan pergi!" sergah pemuda itu cepat.

Nafasnya masih terengah-engah. Matanya memerah, memendam kekecewaan.

"Kita sudah membahasnya berulang kali, Mike."

"Jangan pergi!!" ulang Mike, pemuda itu, lebih tegas.

Si gadis terdiam dan menunduk menghindari tatapan Mike. Mike menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Payung hitam si gadis pun jatuh ke tanah penuh lumpur.

"Dengar ini," bisiknya. "Dengarlah hatiku yang menjerit memohon kepadamu."

Lalu hening lagi. Suara katak di balik rumpun bunga mawar menambah suram suasana hati si gadis. Dari matanya yang menahan pedih, tersorot kehampaan dalam.

"I don't love you," ucap si gadis pelan, "like I did yesterday."

Mike mempererat pelukannya. Seakan berharap mereka tidak terpisahkan selamanya.

"Tidak," bisik Mike panik. "Kau masih mencintaiku."

*_*_*

Seminggu yang lalu...

"Mike, aku mau pindah sekolah," ucap seorang gadis bernama Clara mantap.

Mike melonjak kaget. Tidak biasanya kekasihnya ini memanggil nama aslinya.

"Lho, kenapa? Kita kan sebentar lagi lulus. Kenapa tiba-tiba......."

"Aku.. aku.." potong Clara. " Emm.. Papa pindah tugas ke Moscow. Cukup lama. Jadi.. jadi aku juga harus ikut pindah."

Mike menatap Clara curiga. Tadi Clara begitu mantap tapi kenapa alasannya tidak meyakinkan?

"Moscow?!"

"Iya, Moscow, Rusia. Dan aku mau kita putus." Kali ini Clara mengucapkannya lantang, seperti tidak ada beban sedikit pun.

Mike semakin bingung dengan Clara. Tidak mungkin Clara segampang itu meminta putus darinya. Mereka saling menyukai. Clara pasti sedang bercanda. Ya, dia pasti sedang bercanda. Mike menatap mata Clara dalam, mencari kebenaran. Mata itu begitu bening, begitu lugu, begitu bersinar hingga Mike sulit membaca pikiran Clara.

"Kamu bercanda, kan?" tanya Mike gamang dan terdengar tidak yakin. Ketakutan sedikit terbesit di benaknya.

Clara menggeleng kuat.

"Aku serius, Mike."

Kata-kata Clara dibuktikan dengan perubahan sorot matanya. Dan Mike pun benar-benar ketakutan sekarang.


*_*_*

Gadis berpayung hitam berjalan menjauhi Mike yang berdiri diam di bawah guyuran hujan yang entah mengapa menjadi deras kembali. Gadis itu mengambil ponsel dari saku roknya, memencet beberapa nomor lalu berbicara, "Halo, Bill? Jemput Mike, please. Aku tidak sanggup melihat sahabatmu seperti itu. Oke? Thanks, Bill."

Setelah itu, dia menaruh kembali ponsel itu ke saku roknya. Dia terus berjalan. Menyusuri gang kecil hingga jalan raya. Berteman kebisuan hujan dan hiruk pikuk keramaian. Hingga langkahnya berhenti di depan sebuah rumah bercat putih. Bersandar di pagar, berdiri dua orang gadis yang sebaya dengannya di bawah payung ungu dan payung biru. Sepasang gadis kembar.

"Kau bohong," ucap si 'Payung Ungu'.

Terbersit kepanikan di mata si gadis berpayung hitam, tapi lalu menghilang digantikan kebekuan yang sama.

"Kalian sudah tahu sebanyak apa?" tanya si 'Payung Hitam' dingin.

"Mungkin hampir semuanya," jawab si 'Payung Ungu' kesal.

"Yang tidak kami tahu hanya alasanmu membohongi kami," timpal si 'Payung Biru' sama kesalnya.

"Di sini dingin. Ayo, kita masuk ke dalam," ajak si 'Payung Hitam' tenang.

"Tidak perlu," sergah si 'Payung Biru' cepat. "Kenapa, Clara? Kenapa kau tidak jujur saja kepada sahabatmu sendiri tentang penyakitmu?"

"Bukan begitu, Jane."

"Lalu apa?" Jane, si 'Payung Biru' mulai tak sabar. "Kau tidak mempercayai kami?"

"Aku hanya tidak ingin perpisahan ini terlalu menyakitkan. Aku ingin yang biasa-biasa saja."

"Biasa-biasa saja? Oh, Clara, ini sama saja, " raung si 'Payung Ungu'.

"Kita berteman selama 12 tahun dan kau menginginkan perpisahan yang biasa-biasa saja?" tanya Jane, tak percaya.

Gadis berpayung hitam menatap kedua sahabatnya. Mata mereka memancarkan kekecewaan dan juga.. cinta. Seperti Mike.

'Mereka tidak boleh menangis hanya karena aku!' jerit si 'Payung Hitam' dalam hati. 'Aku ini bukan siapa-siapa! Aku hanya seorang gadis sekarat!'

"Bukan itu masalahnya, Jane. Dan ini sama sekali tidak sama, Jill. Aku.. aku ingin setidaknya kalian punya harapan. Punya harapan bertemu denganku walaupun..."

Kata-kata Clara terhenti saat seseorang tiba-tiba memeluk erat tubuhnya dari belakang.

"Katakan, Clara," bisik orang itu. "Katakan kau masih mencintaiku. Kau masih dan akan mencintaiku sampai akhir hidupmu. Katakanlah..."

No comments:

Post a Comment